Sabtu, 16 Maret 2013

Proposal skripsi


EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE “COOPERATIVE SCRIPT” DENGAN PENDEKATAN “PROBLEM POSING” TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR  MATEMATIKA SISWA KELAS X DI SMA MA’ARIF NU 1 KEMRANJEN
A.  Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang harus dipelajari dalam setiap jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah diharapkan menjadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Namun kenyataannya masih banyak kesulitan yang ditemui dalam mempelajari matematika dan bahkan  masih sering menjadi momok bagi siswa. Suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran adalah kegiatan mengajar. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar yang bermakna dan optimal, sehingga dapat mengoptimalisasikan kegiatan belajar dengan hasil yang bermakna[1].
Menurut Uzer Usman, siswa adalah subyek utama dalam belajar.[2]Siswa harus mempunyai motivasi, kritis dan kreatif dalam pembelajaran matematika, sehingga pembelajaran berlangsung secara efektif. Pelaksanaan pembelajaran konvensional merupakan salah satu faktor yang menyebabkan siswa kurang aktif, enggan bertanya, takut atau malu untuk bertanya dan membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Oleh karena itu model pembelajaran tersebut dirasa kurang efektif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 22 Oktober 2012 diperoleh informasi pembelajaran matematikakelas X SMA Ma’arif NU1 Kemranjen tidak menunjukan situasi pembelajaran yang telah dituturkan oleh Uzer Usman. Siswa tidak menjadi subyek utama dalam pembelajaran. Metode konvensional yang digunakan, menjadikan siswa cenderung pasif sehingga motivasi belajar siswa cenderung rendah dan hasil belajar rendah. Siswa kurang berani mengungkapkan pendapat ketika guru memberikan pertanyaan. Siswa hanya mencatat apa yang diperintahkan oleh guru tanpa paham apa yang mereka catat dan juga tidak berani bertanya kepada guru tentang materi yang belum dipahami[3]. Dengan memperhatikan nilai rata-rata UTS mata pelajaran matematika semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 kelas X SMA Ma’arif NU 1 adalah 50,5 dapat dikatakan hasil belajar randah. Gambaran ini menjadi suatu pendorong dalam perbaikan proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Dalam pembelajaran matematika, diperlukan suatu metode pengajaran yang bervariasi. Dalam hal ini supaya dalam proses belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan,  perhatian, keantusiasan, motivasi yang tinggi dan kesediaan berperan serta secara aktif [4]. Siswa perlu didukung suatu motivasi agar senang untuk bergerak dalam melakukan aktivitas belajar. Dalam hal ini peran guru sebagai motivator sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Pada dasarnya siswa satu berbeda dengan siswa yang lainnya. Karena perbedaan ini diperlukan sebuah alternatif pembelajaran yang memungkinkan terpenuhinya kemampuan individual siswa. Salah satu alternatifnya adalah menerapkan metode pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing.
Metode pembelajaran cooperative script, dalam proses pembelajarannya siswa diberi stimulus untuk belajar sendiri materi tanpa penjelasan terlebih dahulu. Sedangkan problem posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal secara mandiri[5]. Kedua hal diatas dimaksudkan untuk mengajak siswa lebih berfikir kreatif, serta dapat memunculkan ide-ide yang dituangkan dalam menjawab soal yang telah di buat oleh siswa lain dengan mengkontruksikan pengetahuan awal yang mereka miliki. Siswa juga diberi kesempatan untuk lebih aktif, saling bekerjasama dan menjadikan siswa lebih berani mengemukakan pendapatnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis dengan dibantu guru akan mengadakan suatu penelitian untuk mengetahui dan menelaah efektivitas pembelajaran matematika menggunakan metode cooperative script dengan pendekatan problem posing dibandingkan dengan pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar matematika dalam bentuk penelitian eksperimen yang berjudul Efektivitas Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode “Cooperative Script” Dengan Pendekatan “Problem Posing” Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar  Matematika Siswa Kelas X Di Sma Ma’arif NU1 Kemranjen
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.      Metode “Cooperative Script” Dengan Pendekatan “Problem Posing belum pernah diterapkan pada pembelajaran matematika di kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen.
2.      Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional
3.      Masih kurangnya motivasi belajar siswa
4.      Hasil belajar matematika siswa masih rendah
C.  Batasan Masalah
Penelitian ini akan difokuskan untuk menguji efektivitas pembelajaran matematika menggunakan metode pembelajaran Cooperative Script dengan pendekatan problem posing dibandingkan pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen.
D.  Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1.    Apakah model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap motivasi siswa?
2.    Apakah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap motivasi siswa?
3.    Apakah model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran cooperative script terhadap motivasi siswa?
4.    Apakah model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa?
5.    Apakah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa?
6.    Apakah model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran cooperative script terhadap hasil belajar siswa?
E.  Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1.    Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script terhadap motivasi belajar dibandingkan model pembelajaran konvensional.
2.    Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap motivasi belajar dibandingkan model pembelajaran konvensional.
3.    Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap motivasi belajar dibandingkan model pembelajaran cooperative script.
4.    Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script terhadap hasil belajar dibandingkan model pembelajaran konvensional.
5.    Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar  dibandingkan model pembelajaran konvensional.
6.    Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar dibandingkan model pembelajaran cooperative script.
F.   Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1.    Bagi Pihak Sekolah dapat memberikan suatu informasi untuk perbaikan proses pembelajaran matematika di sekolah sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
2.    Bagi Guru Bidang Studi dapat dijadikan masukkan bahwa pembelajaran Cooperative Script  dengan pendekatan problem posing dapat digunakan sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan dan menciptakan kegiatan belajar yang menarik.
3.    Bagi Siswa dapat saling bertukar informasi dan saling menguatkan pemahaman materi yang diajarkan satu sama lain dan siswa juga semakin tertantang dengan soal matematika yang rumit.
4.    Bagi Peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang model pembelajaran matematika yang lebih efektif, kreatif dan menyenangkan.
G. Landasan Teori
1.      Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari Bahasa Inggris effective yang berarti berhasil atau tepat. Selain itu kata dasar dari efektivitas adalah efektif yang berarti keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap usaha atau tindakan.[6] Dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, maka dibutuhkan komponen-komponen yang menunjang tujuan tersebut. Di antara komponen-komponen tersebut adalah pembelajaran matematika yang dilaksanakan menggunakan metode yang tepat.
Dalam penelitian ini Pembelajaran dengan Pembelajaran dengan metode cooperative script dikatakan efektif terhadap hasil belajar matematika apabila rata-rata hasil posttest yang diperoleh siswa pada kelas pembelajaran dengan metode cooperative script lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil posttest yang diperoleh siswa di kelas konvensional.
Pembelajaran dengan metode cooperative script dikatakan efektif terhadap motivasi belajar apabila rata-rata persentase angket motivasi yang diperoleh siswa pada kelas pembelajaran dengan metode cooperative script lebih tinggi dibandingkan rata-rata persentase angket motivasi yang diperoleh siswa di kelas konvensional.
Metode cooperatif script dengan pendekatan problem posing dikatakan efektif terhadap hasil belajar matematika apabila rata-rata hasil posttest yang diperoleh siswa pada kelas pembelajaran cooperatif script dengan pendekatan problem posing lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil posttest yang diperoleh siswa di kelas pembelajaran metode cooperative script dan kelas konvensional. Metode cooperatif script dengan pendekatan problem posing dikatakan efektif terhadap motivasi belajar apabila rata-rata persentase angket motivasi yang diperoleh siswa pada kelas pembelajaran cooperatif script dengan pendekatan problem posing lebih tinggi dibandingkan rata-rata persentase angket motivasi yang diperoleh siswa di kelas cooperative script dan kelas konvensional.
2.      Pembelajaran Matematika
Pembelajaran matematika terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan matematika. Kata dasar pembelajaran adalah belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian[7]. Pendapat lain menyatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan tertentu.[8] Jadi, pembelajaran merupakan suatu proses interaksi yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan yaitu guru dan siswa dengan tujuan pada perubahan tingkah laku pada suatu lingkungan belajar.
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.[9]
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran matematika adalah suatu proses interaksi yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan antara guru dan siswa pada suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan kurikulum pembelajaran matematika.
3.      Cooperative Script
Cooperative script merupakan metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah pembelajaran dengan model cooperative script adalah sebagai berikut:[10]
1.         Membagi siswa untuk berpasangan
2.         Guru membagikan materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan
3.         Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4.         Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar: Menyimak/mengoreksi ide-ide pokok yang kurang lengkap dan Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5.         Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas
6.         Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
7.         Penutup
Model pembelajaran cooperative script  yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan membagi siswa menjadi berpasang-pasangan, pemberian LKS kepada siswa, masing-masing siswa membaca dan meringkas materi, siswa saling bergantian menjelaskan hasil ringkasannya kepada setiap pasangannya.
4.      Problem Posing
Pembelajaran Problem Posing adalah suatu model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Gambaran konkret pelaksanaan pengajaran dengan pendekatan problem posing adalah sebagai berikut:[11]
a)      Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa dengan harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti dengan baik dari segi frekuensi maupun intensitas.
b)      Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi peserta didik kedalam sejumlah kelompok.
c)      Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antar kelompok.
d)     Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posing 1 yang telah disiapkannya (antara 5-7 pertanyaan).
e)      Kesemua tugas dikumpulkan kemudian dilimpahkan pada kelompok yang lainnya.
f)       Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal untuk menjawab pertanyaan yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume yang telah dibuat kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis pada lembar problem posing 2.
g)      Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing 1 dikembalikan pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang terdapat pada lembar problem posing 2 juga diserahkan kepada guru.
h)      Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah dibuatnya pada kelompok lain. Diharapkan adanya diskusi menarik antara kelompok-kelompok baik secara eksternal maupun internal menyangkut pertanyaan yang telah dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan melaksanakan Problem posing dalam pembelajaran dengan langkah- langkah Sebagai berikut:
a)    Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa.
b)   Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c)    Setiap siswa membuat beberapa pertanyaan dan siswa bersangkutan harus mampu menyelesaikannya.
d)   Semua pertanyaan dikumpulkan kepada guru kemudian guru membagikannya kepada siswa yang berbeda.
e)    Setiap siswa menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan.
f)    Setiap siswa mempresentasikan hasil jawaban didepan kelas dengan harapan terjadi diskusi antar siswa.
g)   Pertanyaan dan jawaban dikembalikan kepada guru.

5.      Cooperative Script dengan Pendekatan Problem Posing
Berdasarkan teori-teori tentang metode cooperative script dan metode problem posing seperti yang telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti menyusun metode pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing dengan langkah-langkah:
1)      Guru membagi siswa untuk berpasangan
2)      Guru menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas serta membagikan LKS.
3)      Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
4)      Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5)      Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti diatas.
6)      Masing-masing siswa dalam pasanganya membentuk pertanyaan berdasarkan hasil resume yang telah dibuatnya (antara 1-2 Pertanyaan),serta mampu menyelesaikannya.
7)      Semua pertanyaan dikumpulkan kepada guru kemudian guru membagikannya kepada pasangan yang berbeda.
8)      Setiap pasangan menjawab atas pertanyaan yang telah mereka dapatkan.
9)      Beberapa pasangan mempresentasikan hasil atas pertanyaan didepan kelas dengan harapan terjadi diskusi antar siswa.
10)  Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
11)  Guru memberikan tugas secara individual
12)  Penutup
6.      Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah sebagai berikut: guru mendominasi kegiatan pembelajaran penurunan rumus atau pembuktian dalil dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.[12]
7.      Motivasi Belajar
Motif dapat dikatakan sebagai upaya penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan.[13]Dengan motivasi belajar pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan belajar. Indikator-indikator yang menunjukan bahwa seorang siswa telah memiliki motivasi belajar adalah memiliki hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam belajar, kegiatan yang menarik dalam belajardan lingkungan belajar yang kondusif..
Berdasarkan uraian di atas bahwa motivasi belajar matematika berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar matematika guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan. Motivasi belajar matematika dalam penelitian ini mencakup beberapa indikator meliputi:
a.    Aktif mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan senang.
b.    Berusaha dan bekerja dengan sebaik-baiknya dalam belajar matematika
c.    Kecenderungan mengerjakan tugas pelajaran matematika yang menantang
d.   Kecenderungan untuk bekerja dan menyelesaikan soal matematika
e.    Keinginan kuat untuk maju meraih prestasi belajar matematika
f.     Selalu berorientasi pada pembelajaran matematika.
8.      Hasil Belajar
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Berbagai macam tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotorik[14]Aspek kognitif dalam penelitian ini, berdasarkan taksonomi Bloom. Hanya beberapa saja yang berkaitan dengan aspek kognitif, yaitu:[15]
a.       Pengetahuan, hal ini mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang dimaksud berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi dan peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip.
b.      Pemahaman, hal ini mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
c.       Penerapan
Untuk penerapan atau aplikasi siswa dituntut memiliki kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika melalui penggunaannya secara tepat.
d.      Analisis
Dalam tugas analisis, siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang komplek atas konsep-konsep dasar. Kemampuan analisis adalah  untuk memilah sebuah informasi berkaitan dengan matematika ke dalam komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan keterkaitan antar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.
Berdasarkan uraian di atas hasil belajar matematika merupakan hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. Dalam penelitian yang dilakukan, hasil belajar matematika yang diteliti yaitu dari aspek kognitif. Hasil belajar yang dimaksud adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis soal-soal matematika.
9.      Tinjauan Pustaka
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Suciati Susilowati “efektivitas pembelajaran matematika menggunakan metode cooperative script terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Gamping”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode cooperative script lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Gamping pada pokok bahasan Pemfaktoran Bentuk Aljabar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Widiah Prihartini “Upaya Peningkatan Aktifitas Belajar Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran Matematika Kelas VIIA Pada Siswa MTs N Piyungan”. Hasil penelitian itu menunjukan adanya peningkatan  aktifitas belajar siswa kelas VIIA dalam proses pembelajaran matematika.
Dari kedua penelitan diatas peneliti tertarik untuk mengembangkan penelitian lanjutan dengan menerapkan metode cooperative script dengan pendekatan problem posing. Penelitian ini adalah penelitian mengenai efektivitas pembelajaran matematika menggunakan metode cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen. Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel  2.1
Persamaan Dan Perbedaan Variabel Penelitian

Peneliti
Tahun
Ajaran
Variabel Penelitian
Variabel Independen
Variabel Dependen
Coopertive Script
Problem Posing
Aktifitas Belajar
Hasil belajar
Motivasi Belajar
Widiah Prihartini
2007/2008



Suciati Susilawati
2010/2011



Peneliti
2011/2012


10.  Kerangka Berpikir
Metode cooperative script melatih siswa menemukan sendiri hal yang menjadi permasalahan baginya dan mencari serta menggunakan informasi yang sesuai untuk memecahkan permasalahan yang ada, sehingga diharapkan siswa akan lebih memahami konsep materi yang dipelajari. Sedangkan Model pembelajaran problem posing model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Metode cooperative script dengan pendekatan problem posing ini membagi siswa berpasangan dimana setiap pasangan membahas sub pokok bahasan yang sama. Kemudian setiap siswa diminta untuk membuat ringkasan. Siswa bergantian membacakan ringkasan kepada pasangannya. Kegiatan ini membuat siswa aktif dan saling bertukar pikiran. Setelah dilakukannya perlakuan berupa penerapan metode cooperative script, dimana setiap pasangan diwajibkan membuat soal dan jawaban. Setelah itu soal hasil diskusi pasangan masing-masing akan dipresentasikan.
Pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing memberikan nuansa baru. Hal ini membuat siswa termotivasi dalam belajar sehingga dapat mengantarkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Kesimpulannya, model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran cooperative script dan model pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Ma’arif NU1 kemranjen.
11.  Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, peneliti mengambil hipotesis :
1.      Model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap motivasi siswa.
2.      Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap motivasi siswa.
3.      Model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran cooperative script terhadap motivasi siswa.
4.      Model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa.
5.      Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa.
6.      Model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran cooperative script terhadap hasil belajar siswa.
H.   METODE PENELITIAN
1)      Tempat  dan Waktu Penelitian
            Penelitian ini dilaksanakan di SMA Ma’arif NU1 Kemranjen, yang berada di kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dan dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.
2)      Populasi Dan Sampel Penelitian
A.    Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.[16] Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen tahun ajaran 2012/2013.


Tabel 3.1
Populasi Penelitian
Kelas
Siswa
VIII A
29
VIII B
32
VIII C
30
VIII D
30
VIII E
30
Jumlah
151
B.     Sampel Penelitian
Mengingat jumlah populasi sebesar 151 siswa yang terbagi dalam 5 kelas, maka sebelum pengambilan sampel secara acak dari ketiga kelas akan diuji terlebih dahulu untuk mengetahui apakah populasi setiap kelas memiliki kemampuan yang setara atau tidak. Untuk mengetahui kesetaraan tersebut, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis yaitu, uji normalitas dan uji homogenitas dan uji kesamaan rata-rata. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel secara acak untuk mendapatkan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan 1 kelas sebagai kelas kontrol.
3)      Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain posttest only control design. Posttest only control design adalah desain yang melibatkan paling tidak dua kelompok sampel penelitian. Model dari posttest only control design adalah sebagai berikut :[17]
Grup
Treatment
Postes
Eksperimen I
X1
O1
Eksperimen II
X2
O2
Kontrol
Y
O3


Keterangan
X1 = Model pembelajaran cooperative script dengan  pendekatan problem
         posing
X2 = Model pembelajaran cooperative script
Y = Model pembelajaran konvensional
O1 = Hasil akhir Model pembelajaran cooperative script dengan
        pendekatan problem posing.
O2 = Hasil akhir model pembelajaran cooperative script.
O3 = Hasil akhir model pembelajaran konvensional
4)      Variabel Penelitian
Variabel suatu penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.[18]
1.      Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel penelitian yang dinilai efeknya / faktor yang diukur atau dinilai peneliti untuk menemukan hubungannya dengan gejala tertentu. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan metode cooperayive script dengan pendekatan problem posing, model pembelajarancooperative script, dan model pembelajaran konvensional.
2.      Variabel Terikat
Sedangkan variabel terikat adalah faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh dari variabel bebas. Dalm penelitian ini variabel terikatnya adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen.
3.      Faktor yang dikontrol
Faktor yang dikontrol adalah faktor yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti, dimana dalam penelitian ini faktor yang dikontrol adalah waktu penelitian dan materi pelajaran yang ditetapkan sama, serta guru yang mengajar adalah orang yang sama.
5)      Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah atau tahap yang dilakukan dalam suatu penelitian, dimana dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahap yaitu pra eksperimen, eksperimen, dan pasca eksperimen.
a.       Pra eksperimen, yaitu tahap sebelum penelitian yang meliputi wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, menentukan sampel dari populasi yang akan dijadikan kelas penelitian, menyusun instrumen tes, ujicoba instrumen tes dan yang terakhir menganalisis data hasil uji coba instrumen tes untuk mengetahui validitas, reabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran tes.
b.      Eksperimen, yaitu tahap yang meliputi pemberian treatment pada ketiga kelas sampel penelitian, Pengisian angket dan Pemberian posttest pada ketiga kelas sampel penelitian.
c.       Pasca eksperimen, yaitu tahap yang meliputi analisis data hasil tes, analisis data hasil angket dan menyusun laporan hasil penelitian
6)      Metode Pengumpulan Data
        Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan:
a.       Metode Observasi, yaitu proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian[19]. Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer yang mengamati dan mencatat kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b.      Wawancara, yaitu alat pengumpul data dengancara mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula, yaitu kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber informasi[20].Wawancara dilakukan kepada guru dan siswa.
c.       Metode Tes, yaitu seretetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki oleh individu atau kelompok[21]. Metode tes ini digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan adalah tes obyektif berbentuk pilihan ganda.
d.      Angket, yaitu Teknik yang akan digunakan untuk mengambil data-data tentang respon siswa dari beberapa pertanyaan tertulis dari lembar angket untuk dijawab yang kemudian datanya akan dianalisis.
7)      Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian[22]. Instrumen dalm penelitian ini meliputi:
1)      Lembar observasi, instrumen ini menggambarkan bagaimana proses keterlaksanaan pembelajaran siswa dikelas.
2)      Pedoman wawancara tidak terstruktur, instrumen ini merupakan petunjuk yang digunakan peneliti untuk melakukan wawancara dengan siswa maupun guru.Wawancara digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap yang mungkin tidak didapatkan melalui observasi.
3)      Lembar Angket, instrumen ini berisi tentang pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan metode yang akan digunakan. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengidentifikasi pendapat siswa tentang dirinya sendiri mengenai motivasi dalam pembelajaran matematika
4)      Soal Tes, instrumen ini adalah soal post-test yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung. Soal test ini digunakan untuk mengetahui hasil belajar.
8)      Instrumen Pembelajaran
        Instrumen pembelajaran merupakan seluruh alat yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan optimal. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran matematika kelas VIII semester genap pokok bahasan logika dan LKS.
9)      Teknik Analisis Instrumen.
1)   Analisis Instrumen
        Keabsahan data instrumen posttest hasil belajar menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal. Sedangkan untuk instrumen angket motivasi hasil belajar hanya menggunakan uji validitas dan uji reabilitas saja.
a)      Validitas
        Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur[23]. Pengujian validitas isi dalam penelitian ini dikonsultasikan pada guru mata pelajaran matematika di sekolah yang bersangkutan, dosen pembimbing serta validator ahli.
       Untuk menguji validitas kontraks, dapat digunakan pendapat dari ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli[24]. Dalam penelitian ini menggunakan pendapat ahli, yaitu melalui dosen pembimbing serta validator ahli. Setelah dikonsultasikan, maka diteruskan dengan uji coba instrumen dan dianalisis dengan analisis item. Analisis item dilakukan dengan menggunakan rumus product moment, adapun rumusnya sebagai berikut:[25]
rxy =
b)      Reliabilitas Instrumen
       Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dapat dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila di teskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda[26]. Analisis reliabilitas tes menerapkan rumus KR-20 yang diketemukan oleh Kuder dan Richardson.[27]
                   
Keterangan:
r11  = reliabilitas tes secara keseluruhan
p     = proporsi subyek yang menjawab item dengan benar
q     = proporsi subyek yang menjawab item dengan salah
= jumlah hasil perkalian antara p dan q
n     = banyaknya item
S     = standar deviasi dari tes
c)      Taraf Kesukaran
       Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui soal tersebut mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dihitung dengan rumus sebagai berikut:[28]                                                     
            Keterangan:
            P   = indeks kesukaran
           B    = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
           JS   = banyaknya siswa peserta tes
       Untuk mengklasifikasi tingkat kesukaran soal tes penulis menggunakan interpretasi tingkat kesukaran sebagai berikut:[29]
Tabel 3.2
Interpretasi Tingkat Kesukaran

Indeks
Interpretasi
0,00 ≤ P ≤ 0,30
Sukar
0,30 < P ≤ 0,70
Sedang
0,70 < P ≤ 1,00
Mudah
d)     Daya Pembeda
       Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk mengukur daya pembeda digunakan rumus sebagai berikut:[30]              
Adapun klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:[31]
Tabel 3.3
Kualifikasi Daya Pembeda
Harga D
Interpretasi
0,70 < D ≤ 1,00
Baik sekali
0,40 < D ≤ 0,70
Baik
0,20 < D ≤ 0,40
Cukup
0,00 ≤ D ≤ 0,20
Jelek
2)   Teknik Analisis Data
Peneliti melakukan analisis data untuk mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang telah ditetapkan. Data yang diolah adalah hasil angket motivasi belajar dan tes hasil belajar.
DATA
Analisis postes menggunakan Uji Anova, jika ada perbedaan yang signifikan maka dilanjutkan dengan Uji Tukey. Uji Anova memerlukan uji asumsi yaitu uji normalitas dan uji homogenitas. Jika uji asumsi tidak terpenuhi maka menggunakan uji Nonparametrik yaitu uji Kruskall Wallis. Berikut kami sajikan analisis data:
UJI NORMALITAS
 


UJI  KRUSKAL WALLIS
Tidak Terpenuhi
                                                                
      
UJI HOMOGENITAS
                                                                    
Uji Anova
Uji Tukey
 

        Terpenuhi
A.    Uji  Asumsi
a.       Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang terdapat dalam penelitian. Uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS. Ada dua uji hipotesis yang biasa digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov yang dikembangkan lebih lanjut oleh Lillifors dan Uji Shapiro-Wilk.[32]
b.      Uji Homogenitas
     Uji homogenitas variansi digunakan untuk mengetahui seragam atau tidaknya variansi data. Uji homogenitas variansi dengan menggunakan Rumus uji-F yaitu dengan rumus sebagai berikut:[33]

Uji homogenitas pada penelitian ini  menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan proses perhitungannya dengan bantuan program SPSS.
B.     Uji kesamaan rata-rata
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Anova satu jalur untuk mengetahui apakah sampel mempunyai rata-rata yang sama untuk melakukan uji analisis variansi kita buat tabel analisis variansi sebagai berikut :[34]                                
Tabel 3.18
Analisis Variansi
Sumber Variansi
Db
Jumlah Kuadrat
Kuadrat rata-Rata
F-ratio
Tritmeant (kategori)
k-1
JKT
TKR =
F =
Sesatan
n-k
JKS
SKR =
C.    Uji Kruskal Wallis
Uji Kruskal Wallis digunakan jika uji prasarat Anova tidak terpenuhi, sehingga kruskal Wallis tidak memerlukan data normal dan homogen. Adapun rumus uji Kriskal Wallis adalah sebagai berikut:
H = - 3 (n-1)
Keterangan
n = jumlah sampel
ni  = jumlah sampel kelompok i
Ri = jumlah peringkat/ rangking kelompok ke-i
3)   Jadwal Penelitian
No
Jenis Kegiatan


Bulan
Okt
Nov
Des
Jan
Feb
Mar
April
1
Penyusunan Proposal




2
Penyusunan instrumen






3
Seminar Proposal






4
Penelitian






5
Analisis Hasil Penelitian





6
Munaqosah








DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara

Ihsan, Fuad. 1995. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Salim, Peter dan Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer. Jakarta: Modern English Press.

Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana

Sudijono, Anas. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Soewandi, Slamet. 2005. Perspektif Pembelajaran berbagai bidang studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma

Sudjana, Nana dan Sukmadinata. 2003. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta
Suherman, Erman dkk. 2003. Metode Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA UPI-JICA

Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Suyitna, Amin.2006.Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang:FMIPA UNNES

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Syaiful B.D. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Predana Media Group


[1] Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1986), hal. 55.
[2]Moh Uzer Usman. 2002. Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT  Remaja Rosdakarya), hlm. 74
[3] Hasil observasi dan wawancara pra penelitian pada pembelajaran matematika dengan guru matematika kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen Pada tanggal 22 Oktober 2012.
[4]Prof. Dr. Suyono, M.Pd. dan Drs. Hariyanto, M.S., Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2011), hal. 228.
[5] Amin Suyitno.2006. Dasar-Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika 1.(Semarang:FMIPA UNNES). hlm 30
[6] Peter Salim & Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer, (Jakarta: Modern English Press), hlm. 376.
[7] Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal.9.
                [8] Agus Suprijono, Cooperative Learning,  (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hal. 163.
[9] Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika SMP & MTs, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas, 2003), hal. 5.
[10] Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Hlm. 126

[11] Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.2009( jakarta : Rineka Cipta). Hal 212.
[12] Eman Suherman, dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer (JICA: Bandung). hlm. 201
                [13] Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1986), hal. 73.
                [14]Nana Sudjana, Penilaian Hasil Dan Proses Hasil Belajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hal.22.
[15]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal 118-119.

[16] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2008) hal.117
[17] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 79.
[18] Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. (Bandung: Alfabeta), hlm. 38.
[19]Wijaya dan Dwitagama, mengenal penelitian tindakan kelas, edisi kedua (Jakarta: indeks, 2010) hal. 66.
[20]Aminul Hadi dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung : Tiara Pustaka, 1998) hal. 136
[21]Suharsimi arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, (Jakarta: rineka cipta, 2006), hal. 150
[22]  Ibrahim, Hand Out Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika, (Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga, 2009), hal. 27.
[23] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 348.
[24] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 177.
[25] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi),  (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 75.
[26] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 248
[27]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hal. 101.
[27]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal.  109.
[28] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi aksara, 2006), hal  208.
[29] Jihad, Asep, dan Abdul, Evaluasi Pembelajaran, (Yogyakarta: Multipresindo, 2009), hal 182.
[30] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi aksara, 2006), hal  213.
[31] Suharsimi Arikunto,  Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara,  2009),  hal. 218
[32] M. Farhan Qudratullah dan Epha Diana Suphandi, Hand Out Praktikum Metode Statistik, (Yogyakarta: UIN Sunan Kaliaga), hal. 40.

[33] Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 140.
[34] Zanwawi, Soejoeti. Materi Pokok Metode Statistika II. (Jakarta: Karunia Jakarta Universitas Terbuka, 1986), hal.105.

1 komentar: