EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE “COOPERATIVE SCRIPT” DENGAN
PENDEKATAN “PROBLEM POSING” TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X DI SMA MA’ARIF NU 1
KEMRANJEN
A. Latar
Belakang Masalah
Matematika merupakan ilmu yang harus dipelajari dalam
setiap jenjang pendidikan. Pembelajaran matematika di sekolah
diharapkan menjadi sesuatu kegiatan yang menyenangkan bagi siswa. Namun
kenyataannya masih banyak kesulitan yang ditemui dalam mempelajari matematika dan
bahkan masih sering
menjadi momok bagi siswa. Suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari proses pembelajaran adalah kegiatan mengajar. Mengajar adalah usaha untuk menciptakan
kondisi yang kondusif agar berlangsung kegiatan belajar yang
bermakna dan optimal, sehingga dapat mengoptimalisasikan kegiatan
belajar dengan hasil yang bermakna[1].
Menurut Uzer Usman, siswa adalah subyek utama dalam
belajar.[2]Siswa harus
mempunyai motivasi, kritis dan kreatif dalam pembelajaran matematika, sehingga
pembelajaran berlangsung secara efektif. Pelaksanaan
pembelajaran konvensional merupakan salah satu faktor yang menyebabkan siswa
kurang aktif, enggan bertanya, takut atau malu untuk bertanya dan membuat siswa
merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran matematika. Oleh karena itu model pembelajaran tersebut dirasa kurang efektif untuk meningkatkan motivasi dan
hasil belajar siswa.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti
pada tanggal 22 Oktober 2012 diperoleh informasi pembelajaran matematikakelas X
SMA Ma’arif NU1 Kemranjen tidak menunjukan situasi pembelajaran yang telah
dituturkan oleh Uzer Usman. Siswa tidak menjadi subyek utama dalam pembelajaran.
Metode konvensional yang digunakan, menjadikan
siswa cenderung pasif sehingga motivasi belajar siswa cenderung rendah dan
hasil belajar rendah. Siswa kurang berani mengungkapkan pendapat ketika guru
memberikan pertanyaan. Siswa hanya mencatat apa yang diperintahkan oleh guru
tanpa paham apa yang mereka catat dan juga tidak berani bertanya kepada guru
tentang materi yang belum dipahami[3]. Dengan memperhatikan nilai rata-rata UTS mata pelajaran
matematika semester ganjil tahun ajaran 2012/2013 kelas X SMA Ma’arif NU 1
adalah 50,5 dapat dikatakan hasil belajar randah. Gambaran ini menjadi suatu pendorong dalam perbaikan proses pembelajaran
untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik.
Dalam pembelajaran matematika, diperlukan
suatu metode pengajaran yang bervariasi. Dalam hal ini supaya dalam proses
belajar siswa selalu menunjukkan ketekunan,
perhatian, keantusiasan, motivasi yang tinggi dan kesediaan berperan
serta secara aktif [4]. Siswa perlu didukung suatu
motivasi agar senang untuk bergerak dalam melakukan aktivitas belajar. Dalam hal
ini peran guru
sebagai motivator sangat penting dalam rangka meningkatkan kegairahan dan
pengembangan kegiatan belajar siswa. Pada dasarnya siswa satu berbeda dengan siswa
yang lainnya. Karena perbedaan ini diperlukan sebuah alternatif pembelajaran
yang memungkinkan terpenuhinya kemampuan individual siswa. Salah satu
alternatifnya adalah menerapkan
metode pembelajaran cooperative script dengan
pendekatan problem posing.
Metode
pembelajaran cooperative
script, dalam proses pembelajarannya siswa
diberi stimulus untuk belajar sendiri materi tanpa penjelasan terlebih dahulu. Sedangkan problem posing adalah suatu model pembelajaran
yang mewajibkan siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal secara
mandiri[5]. Kedua hal diatas dimaksudkan untuk mengajak siswa
lebih berfikir kreatif, serta dapat memunculkan ide-ide yang dituangkan dalam
menjawab soal yang telah di buat oleh siswa lain dengan mengkontruksikan
pengetahuan awal yang mereka miliki. Siswa juga diberi kesempatan untuk lebih
aktif, saling bekerjasama dan menjadikan siswa lebih berani mengemukakan
pendapatnya.
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka penulis dengan
dibantu guru akan mengadakan suatu penelitian untuk
mengetahui dan menelaah
efektivitas pembelajaran matematika menggunakan metode cooperative script dengan pendekatan problem posing dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar matematika dalam bentuk penelitian eksperimen yang berjudul “ Efektivitas
Pembelajaran Matematika Menggunakan Metode “Cooperative Script” Dengan Pendekatan “Problem Posing”
Terhadap Motivasi Dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas X Di Sma Ma’arif NU1 Kemranjen”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1.
Metode
“Cooperative Script”
Dengan Pendekatan “Problem Posing” belum pernah diterapkan pada pembelajaran
matematika di kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen.
2.
Guru cenderung menggunakan metode pembelajaran konvensional
3.
Masih kurangnya motivasi belajar
siswa
4.
Hasil belajar matematika siswa masih rendah
C. Batasan
Masalah
Penelitian
ini akan difokuskan untuk menguji efektivitas pembelajaran matematika
menggunakan metode pembelajaran Cooperative
Script dengan
pendekatan
problem posing dibandingkan
pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas X SMA
Ma’arif NU 1 Kemranjen.
D. Rumusan
Masalah
Rumusan
masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap
motivasi siswa?
2. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan
problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional
terhadap motivasi siswa?
3. Apakah model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif dibandingkan
model pembelajaran cooperative script terhadap motivasi siswa?
4. Apakah model pembelajaran cooperative script lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap
hasil belajar siswa?
5. Apakah model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan
problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar siswa?
6. Apakah model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran cooperative script terhadap hasil
belajar siswa?
E. Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script terhadap motivasi belajar
dibandingkan model pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap motivasi belajar dibandingkan model
pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing
terhadap motivasi belajar dibandingkan
model pembelajaran cooperative script.
4. Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script terhadap hasil belajar
dibandingkan model pembelajaran konvensional.
5. Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap hasil belajar dibandingkan model pembelajaran konvensional.
6. Mengetahui keefektivan model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing
terhadap hasil belajar dibandingkan
model pembelajaran cooperative script.
F.
Manfaat Penelitian
Hasil
dari penelitian ini dapat bermanfaat :
1.
Bagi Pihak Sekolah dapat memberikan suatu informasi untuk perbaikan proses
pembelajaran matematika di sekolah sehingga dapat meningkatkan motivasi
dan hasil belajar siswa.
2.
Bagi Guru Bidang Studi dapat
dijadikan masukkan bahwa pembelajaran Cooperative Script dengan
pendekatan
problem posing dapat digunakan
sebagai alternatif dalam upaya meningkatkan dan menciptakan kegiatan belajar yang
menarik.
3.
Bagi Siswa dapat saling bertukar
informasi dan saling menguatkan pemahaman materi yang diajarkan satu sama
lain dan siswa juga semakin
tertantang dengan soal matematika yang rumit.
4.
Bagi Peneliti dapat memberikan sumbangan
pemikiran tentang model pembelajaran matematika yang lebih efektif, kreatif dan
menyenangkan.
G. Landasan Teori
1.
Efektivitas
Pembelajaran
Efektivitas berasal dari Bahasa Inggris effective yang berarti
berhasil atau tepat. Selain itu kata dasar dari efektivitas adalah efektif
yang berarti keadaan berpengaruh, keberhasilan terhadap
usaha atau tindakan.[6] Dalam
upaya mencapai tujuan pembelajaran, maka dibutuhkan komponen-komponen yang
menunjang tujuan tersebut. Di antara komponen-komponen
tersebut adalah pembelajaran matematika yang
dilaksanakan menggunakan metode yang tepat.
Dalam
penelitian ini Pembelajaran dengan Pembelajaran dengan metode cooperative script dikatakan efektif terhadap hasil belajar
matematika apabila rata-rata hasil posttest yang diperoleh siswa
pada kelas pembelajaran dengan metode cooperative script lebih tinggi dibandingkan rata-rata hasil posttest
yang diperoleh siswa di kelas
konvensional.
Pembelajaran dengan metode
cooperative script dikatakan efektif
terhadap motivasi belajar apabila rata-rata persentase angket motivasi
yang diperoleh siswa pada kelas pembelajaran dengan metode cooperative script
lebih tinggi dibandingkan rata-rata
persentase angket motivasi yang diperoleh siswa di kelas konvensional.
Metode cooperatif script dengan pendekatan problem posing dikatakan efektif terhadap hasil belajar
matematika apabila rata-rata hasil posttest yang
diperoleh siswa pada
kelas pembelajaran cooperatif script dengan
pendekatan problem posing lebih tinggi
dibandingkan rata-rata
hasil posttest yang diperoleh siswa di kelas pembelajaran
metode cooperative script dan kelas konvensional. Metode cooperatif script dengan pendekatan problem posing dikatakan efektif terhadap motivasi
belajar apabila rata-rata persentase angket motivasi yang diperoleh siswa pada
kelas pembelajaran cooperatif script dengan
pendekatan problem posing lebih tinggi dibandingkan rata-rata persentase angket motivasi yang diperoleh
siswa di kelas cooperative script dan kelas konvensional.
2.
Pembelajaran
Matematika
Pembelajaran matematika
terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan matematika. Kata dasar
pembelajaran adalah belajar. Belajar adalah suatu aktivitas atau suatu proses untuk memperoleh pengetahuan,
meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan
kepribadian[7].
Pendapat lain menyatakan bahwa belajar
adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial
terjadi sebagai hasil dari praktik penguatan (motivasi) yang dilandasi tujuan
tertentu.[8] Jadi, pembelajaran
merupakan suatu proses interaksi yang melibatkan berbagai aspek yang saling
berkaitan yaitu guru dan siswa dengan tujuan pada perubahan tingkah laku pada
suatu lingkungan belajar.
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika
dalam bahasa
Belanda disebut wiskunde atau ilmu
pasti, yang kesemuanya berkaitan dengan penalaran. Ciri utama matematika adalah
penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh
sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep
atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten.[9]
Berdasarkan uraian di atas pembelajaran matematika adalah
suatu proses interaksi yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan
antara guru dan siswa pada suatu lingkungan belajar guna mencapai tujuan
kurikulum pembelajaran matematika.
3.
Cooperative
Script
Cooperative script merupakan metode belajar di mana siswa bekerja
berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari. Langkah-langkah pembelajaran dengan model cooperative script adalah sebagai
berikut:[10]
1.
Membagi siswa untuk berpasangan
2.
Guru membagikan materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan
3.
Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama
berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
4.
Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin,
dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar: Menyimak/mengoreksi ide-ide pokok yang kurang lengkap dan Membantu mengingat/menghafal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
5.
Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar
menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti di atas
6.
Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
7.
Penutup
Model
pembelajaran cooperative script yang dilakukan
dalam penelitian ini yaitu dengan membagi siswa menjadi berpasang-pasangan,
pemberian LKS kepada siswa, masing-masing siswa membaca dan meringkas materi, siswa
saling bergantian menjelaskan hasil ringkasannya kepada setiap pasangannya.
4.
Problem Posing
Pembelajaran Problem Posing adalah suatu model
pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui
belajar soal (berlatih soal) secara mandiri. Gambaran konkret pelaksanaan
pengajaran dengan pendekatan problem posing adalah sebagai berikut:[11]
a)
Guru menjelaskan tentang pembelajaran yang akan diharapkan kepada siswa
dengan harapan mereka dapat memahami tujuan serta dapat mengikuti dengan baik
dari segi frekuensi maupun intensitas.
b)
Guru melakukan tes awal yang hasilnya digunakan untuk mengetahui tingkat
daya kritis siswa. Hasil tes tersebut akan menjadi dasar pengajar dalam membagi
peserta didik kedalam sejumlah kelompok.
c)
Pengajar kemudian menugaskan setiap kelompok belajar untuk meresume
beberapa buku yang berbeda dengan sengaja dibedakan antar kelompok.
d)
Masing-masing siswa dalam kelompok membentuk pertanyaan berdasarkan hasil
resume yang telah dibuatnya dalam lembar problem posing 1 yang telah
disiapkannya (antara 5-7 pertanyaan).
e)
Kesemua tugas dikumpulkan kemudian dilimpahkan pada kelompok yang lainnya.
f)
Setiap siswa dalam kelompoknya melakukan diskusi internal untuk menjawab
pertanyaan yang mereka terima dari kelompok lain disertai dengan tugas resume
yang telah dibuat kelompok lain tersebut. Setiap jawaban atas pertanyaan ditulis
pada lembar problem posing 2.
g)
Pertanyaan yang telah ditulis pada lembar problem posing 1 dikembalikan
pada kelompok asal untuk kemudian diserahkan pada guru dan jawaban yang
terdapat pada lembar problem posing 2 juga diserahkan kepada guru.
h)
Setiap kelompok mempresentasikan hasil rangkuman dan pertanyaan yang telah
dibuatnya pada kelompok lain. Diharapkan adanya diskusi menarik antara
kelompok-kelompok baik secara eksternal maupun internal menyangkut pertanyaan
yang telah dibuatnya dan jawaban yang paling tepat untuk mengatasi
pertanyaan-pertanyaan yang bersangkutan.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti akan melaksanakan Problem posing
dalam pembelajaran dengan langkah- langkah Sebagai berikut:
a)
Guru menjelaskan materi pelajaran kepada siswa.
b)
Guru memberikan latihan soal secukupnya.
c)
Setiap siswa membuat beberapa pertanyaan dan siswa bersangkutan harus mampu
menyelesaikannya.
d)
Semua pertanyaan dikumpulkan kepada guru kemudian guru membagikannya kepada
siswa yang berbeda.
e)
Setiap siswa menjawab pertanyaan yang mereka dapatkan.
f)
Setiap siswa mempresentasikan hasil jawaban didepan kelas dengan harapan
terjadi diskusi antar siswa.
g)
Pertanyaan dan jawaban dikembalikan kepada guru.
5.
Cooperative Script
dengan Pendekatan Problem Posing
Berdasarkan teori-teori tentang
metode cooperative script dan metode problem posing seperti yang telah
diuraikan sebelumnya, maka peneliti menyusun metode pembelajaran cooperative
script dengan pendekatan problem posing dengan langkah-langkah:
1)
Guru membagi
siswa untuk berpasangan
2)
Guru
menyampaikan materi pelajaran yang akan dibahas serta membagikan LKS.
3)
Guru dan
siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang
berperan sebagai pendengar.
4)
Pembicara
membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok
dalam ringkasannya, sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/ menghafal ide-ide pokok
dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5)
Bertukar
peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya.
Serta lakukan seperti diatas.
6)
Masing-masing siswa dalam pasanganya membentuk pertanyaan berdasarkan hasil
resume yang telah dibuatnya (antara 1-2 Pertanyaan),serta mampu
menyelesaikannya.
7)
Semua pertanyaan dikumpulkan kepada guru kemudian guru membagikannya kepada
pasangan yang berbeda.
8)
Setiap pasangan menjawab atas pertanyaan yang telah mereka dapatkan.
9)
Beberapa pasangan mempresentasikan hasil atas pertanyaan didepan kelas
dengan harapan terjadi diskusi antar siswa.
10) Kesimpulan
siswa bersama-sama dengan guru
11) Guru memberikan tugas secara
individual
12) Penutup
6.
Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran
konvensional yang dimaksud adalah pembelajaran dengan menggunakan
metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah,
latihan soal kemudian pemberian tugas. Gambaran pembelajaran matematika dengan pendekatan ceramah adalah sebagai
berikut: guru mendominasi kegiatan pembelajaran penurunan rumus atau pembuktian
dalil dilakukan sendiri oleh guru, contoh-contoh soal diberikan dan dikerjakan
pula sendiri oleh guru. Langkah-langkah guru diikuti dengan teliti oleh siswa. Mereka
meniru cara kerja dan cara penyelesaian yang dilakukan oleh guru.[12]
7.
Motivasi Belajar
Motif dapat dikatakan sebagai upaya
penggerak dari dalam dan di dalam subyek untuk melakukan aktivitas-aktivitas
tertentu demi mencapai suatu
tujuan.[13]Dengan
motivasi belajar pelajar dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif dapat
mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan kegiatan
belajar. Indikator-indikator yang menunjukan bahwa seorang siswa telah memiliki
motivasi belajar adalah memiliki hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan
kebutuhan dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam
belajar, kegiatan yang menarik dalam belajardan lingkungan belajar yang
kondusif..
Berdasarkan
uraian di atas bahwa motivasi belajar matematika berarti keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan
arah pada kegiatan belajar matematika guna mencapai tujuan belajar yang diharapkan.
Motivasi belajar matematika dalam penelitian ini mencakup beberapa indikator
meliputi:
a.
Aktif mengikuti kegiatan pembelajaran matematika dengan
senang.
b.
Berusaha dan bekerja dengan sebaik-baiknya dalam belajar matematika
c.
Kecenderungan mengerjakan tugas pelajaran matematika yang menantang
d.
Kecenderungan untuk bekerja dan menyelesaikan soal matematika
e.
Keinginan kuat untuk maju meraih prestasi belajar matematika
f.
Selalu berorientasi pada pembelajaran matematika.
8.
Hasil
Belajar
Hasil
belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan. Berbagai macam
tingkah laku yang berlainan inilah yang disebut kapabilitas sebagai hasil
belajar. Klasifikasi hasil belajar menurut Benyamin Bloom yang
secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, ranah
afektif, ranah psikomotorik[14]Aspek
kognitif dalam penelitian ini, berdasarkan taksonomi Bloom. Hanya beberapa saja
yang berkaitan dengan aspek kognitif, yaitu:[15]
a.
Pengetahuan,
hal ini
mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang
dimaksud berkaitan dengan simbol-simbol matematika, terminologi dan
peristilahan, fakta-fakta, keterampilan dan prinsip-prinsip.
b.
Pemahaman,
hal ini mencakup
kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari.
c.
Penerapan
Untuk penerapan atau aplikasi siswa dituntut memiliki
kemampuan untuk menyeleksi atau memilih suatu abstrasi secara tepat untuk
diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya secara benar. Kemampuan kognisi yang mengharapkan siswa mampu mendemonstrasikan pemahaman
mereka berkenaan dengan sebuah abstraksi matematika
melalui penggunaannya secara tepat.
d.
Analisis
Dalam tugas analisis, siswa diminta
untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang komplek atas konsep-konsep
dasar. Kemampuan analisis adalah untuk memilah sebuah informasi berkaitan
dengan matematika ke dalam komponen-komponen sedemikan hingga hirarki dan
keterkaitan antar ide dalam informasi tersebut menjadi tampak dan jelas.
Berdasarkan uraian di atas hasil belajar matematika merupakan
hasil kegiatan dari belajar matematika dalam bentuk pengetahuan sebagai akibat
dari perlakuan atau pembelajaran yang dilakukan siswa. Dalam penelitian yang dilakukan, hasil
belajar matematika yang diteliti yaitu dari aspek kognitif. Hasil belajar yang dimaksud
adalah pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis soal-soal matematika.
9.
Tinjauan Pustaka
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Suciati Susilowati “efektivitas
pembelajaran matematika menggunakan metode cooperative script terhadap
hasil belajar siswa kelas VIII SMP N 1 Gamping”. Hasil penelitian tersebut
menunjukkan bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode cooperative
script lebih efektif dibandingkan pembelajaran konvensional terhadap hasil
belajar matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Gamping pada pokok bahasan
Pemfaktoran Bentuk Aljabar.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Widiah Prihartini “Upaya Peningkatan Aktifitas
Belajar Melalui Pendekatan Problem Posing Pada Pembelajaran Matematika Kelas
VIIA Pada Siswa MTs N Piyungan”. Hasil
penelitian itu menunjukan adanya peningkatan
aktifitas belajar siswa kelas VIIA dalam proses pembelajaran matematika.
Dari kedua penelitan diatas peneliti tertarik untuk mengembangkan
penelitian lanjutan dengan menerapkan metode cooperative script dengan pendekatan
problem posing. Penelitian ini adalah penelitian mengenai efektivitas pembelajaran
matematika menggunakan metode cooperative script dengan pendekatan problem posing terhadap motivasi dan hasil belajar matematika siswa kelas
X di SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen. Persamaan dan perbedaan penelitian sebelumnya
dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Persamaan
Dan Perbedaan Variabel Penelitian
Peneliti
|
Tahun
Ajaran
|
Variabel Penelitian
|
||||
Variabel Independen
|
Variabel Dependen
|
|||||
Coopertive Script
|
Problem Posing
|
Aktifitas Belajar
|
Hasil
belajar
|
Motivasi Belajar
|
||
Widiah Prihartini
|
2007/2008
|
|
√
|
√
|
|
|
Suciati Susilawati
|
2010/2011
|
√
|
|
|
√
|
|
Peneliti
|
2011/2012
|
√
|
√
|
|
√
|
√
|
10. Kerangka Berpikir
Metode cooperative script melatih siswa menemukan sendiri hal yang
menjadi permasalahan baginya dan mencari serta menggunakan informasi yang sesuai
untuk memecahkan permasalahan yang ada, sehingga diharapkan siswa akan lebih
memahami konsep materi yang dipelajari. Sedangkan Model pembelajaran problem
posing model pembelajaran yang mewajibkan para siswa untuk mengajukan soal
sendiri melalui belajar soal (berlatih
soal) secara mandiri. Metode cooperative
script dengan pendekatan
problem posing ini membagi siswa berpasangan dimana setiap pasangan
membahas sub pokok bahasan yang sama. Kemudian setiap siswa diminta untuk
membuat ringkasan. Siswa bergantian membacakan ringkasan kepada pasangannya. Kegiatan
ini membuat siswa aktif dan saling bertukar pikiran. Setelah dilakukannya
perlakuan berupa penerapan metode cooperative script, dimana setiap
pasangan diwajibkan membuat soal dan jawaban. Setelah itu soal hasil diskusi
pasangan masing-masing akan dipresentasikan.
Pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing memberikan
nuansa baru. Hal ini membuat siswa termotivasi dalam
belajar sehingga dapat mengantarkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik.
Kesimpulannya, model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem
posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran cooperative script dan
model pembelajaran konvensional terhadap motivasi dan hasil belajar siswa kelas
X SMA Ma’arif NU1 kemranjen.
11. Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, peneliti mengambil
hipotesis :
1. Model pembelajaran cooperative script lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap motivasi siswa.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan
problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional
terhadap motivasi siswa.
3. Model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran cooperative script terhadap motivasi
siswa.
4. Model pembelajaran cooperative script lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran konvensional terhadap hasil belajar siswa.
5. Model pembelajaran kooperatif tipe cooperative script dengan pendekatan
problem posing lebih efektif dibandingkan model pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar siswa.
6. Model pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem posing lebih efektif
dibandingkan model pembelajaran cooperative script terhadap hasil belajar
siswa.
H.
METODE
PENELITIAN
1)
Tempat dan
Waktu Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di SMA Ma’arif NU1
Kemranjen, yang berada di kabupaten Banyumas, Jawa Tengah dan dilaksanakan pada
semester genap tahun ajaran 2012/2013.
2)
Populasi Dan Sampel Penelitian
A. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.[16] Dalam penelitian
ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen tahun
ajaran 2012/2013.
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
Kelas
|
Siswa
|
VIII
A
|
29
|
VIII
B
|
32
|
VIII
C
|
30
|
VIII
D
|
30
|
VIII
E
|
30
|
Jumlah
|
151
|
B. Sampel
Penelitian
Mengingat jumlah populasi sebesar 151 siswa yang terbagi
dalam 5 kelas, maka sebelum
pengambilan sampel secara acak dari ketiga
kelas akan diuji terlebih dahulu untuk mengetahui apakah populasi setiap kelas memiliki kemampuan yang setara atau tidak. Untuk mengetahui kesetaraan tersebut, terlebih dahulu
dilakukan uji prasyarat analisis yaitu, uji normalitas dan uji homogenitas dan
uji kesamaan rata-rata. Selanjutnya
dilakukan pengambilan sampel secara acak untuk mendapatkan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan
1 kelas sebagai kelas kontrol.
3)
Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu dengan desain
posttest only control design. Posttest only control design adalah desain
yang melibatkan paling tidak dua
kelompok sampel penelitian. Model dari posttest
only control design adalah
sebagai berikut :[17]
Grup
|
Treatment
|
Postes
|
Eksperimen I
|
X1
|
O1
|
Eksperimen II
|
X2
|
O2
|
Kontrol
|
Y
|
O3
|
Keterangan
X1 = Model
pembelajaran cooperative script dengan pendekatan problem
posing
X2 = Model
pembelajaran cooperative script
Y = Model pembelajaran konvensional
O1 = Hasil
akhir Model pembelajaran cooperative script dengan
pendekatan problem posing.
O2 = Hasil
akhir model pembelajaran cooperative script.
O3 = Hasil
akhir model pembelajaran konvensional
4)
Variabel Penelitian
Variabel suatu penelitian
adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang
mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya.[18]
1.
Variabel bebas
Variabel bebas adalah variabel penelitian
yang dinilai efeknya / faktor
yang diukur atau dinilai peneliti untuk menemukan hubungannya dengan gejala tertentu. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah pembelajaran menggunakan metode cooperayive
script dengan pendekatan problem posing, model pembelajarancooperative
script, dan model pembelajaran konvensional.
2.
Variabel Terikat
Sedangkan variabel terikat adalah
faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh dari
variabel bebas. Dalm penelitian ini variabel terikatnya adalah motivasi dan
hasil
belajar siswa kelas X SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen.
3.
Faktor yang dikontrol
Faktor yang
dikontrol adalah faktor yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan
variabel independen terhadap dependen tidak
dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti, dimana dalam penelitian ini
faktor yang dikontrol adalah waktu penelitian dan materi pelajaran yang
ditetapkan sama, serta guru yang mengajar adalah orang yang sama.
5)
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah atau tahap
yang dilakukan dalam suatu penelitian, dimana dalam penelitian ini terdiri dari
tiga tahap yaitu pra eksperimen, eksperimen, dan pasca eksperimen.
a.
Pra eksperimen, yaitu tahap sebelum penelitian
yang meliputi wawancara dengan guru mata pelajaran matematika, menentukan
sampel dari populasi yang akan dijadikan kelas penelitian, menyusun instrumen
tes, ujicoba instrumen tes dan
yang terakhir menganalisis data hasil uji coba instrumen tes untuk
mengetahui validitas, reabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran tes.
b.
Eksperimen, yaitu tahap yang meliputi pemberian treatment pada ketiga
kelas sampel penelitian, Pengisian angket dan Pemberian posttest pada ketiga kelas sampel penelitian.
c.
Pasca eksperimen, yaitu tahap yang meliputi analisis data hasil tes, analisis data hasil angket dan menyusun laporan hasil penelitian
6)
Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan:
a.
Metode
Observasi, yaitu proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti atau
pengamat melihat situasi penelitian[19].
Observasi dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh observer yang mengamati dan mencatat kegiatan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.
b.
Wawancara, yaitu alat pengumpul data
dengancara mengajukan pertanyaan secara lisan dan dijawab secara lisan pula,
yaitu kontak langsung dengan tatap muka antara pencari informasi dengan sumber
informasi[20].Wawancara
dilakukan kepada guru dan siswa.
c.
Metode Tes, yaitu seretetan pertanyaan atau latihan serta alat lain
yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan, kemampuan yang dimiliki
oleh individu atau kelompok[21]. Metode tes ini
digunakan untuk mendapatkan data nilai siswa dari
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang digunakan adalah tes obyektif
berbentuk pilihan ganda.
d.
Angket, yaitu Teknik yang akan digunakan untuk mengambil data-data
tentang respon siswa dari beberapa pertanyaan tertulis dari lembar angket untuk
dijawab yang kemudian datanya akan dianalisis.
7)
Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
data dalam penelitian[22].
Instrumen dalm penelitian ini meliputi:
1)
Lembar observasi, instrumen ini menggambarkan bagaimana proses keterlaksanaan pembelajaran
siswa dikelas.
2)
Pedoman wawancara
tidak terstruktur, instrumen ini merupakan petunjuk yang
digunakan peneliti untuk melakukan wawancara dengan siswa maupun guru.Wawancara
digunakan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap yang mungkin tidak
didapatkan melalui observasi.
3) Lembar Angket, instrumen ini berisi tentang
pernyataan siswa mengenai pembelajaran dengan metode yang akan digunakan. Dalam penelitian ini angket
digunakan untuk mengidentifikasi pendapat siswa tentang dirinya sendiri mengenai
motivasi dalam pembelajaran matematika
4) Soal
Tes, instrumen ini adalah soal post-test yang diberikan setelah proses pembelajaran berlangsung. Soal test ini digunakan
untuk mengetahui hasil belajar.
8) Instrumen
Pembelajaran
Instrumen
pembelajaran merupakan seluruh alat yang digunakan untuk membantu proses
pembelajaran sehingga kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara
efektif dan optimal. Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi: Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran matematika kelas VIII semester genap pokok bahasan logika dan LKS.
9)
Teknik Analisis Instrumen.
1) Analisis Instrumen
Keabsahan
data instrumen posttest hasil belajar menggunakan uji
validitas, uji reliabilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.
Sedangkan untuk instrumen angket motivasi hasil belajar hanya menggunakan uji
validitas dan uji reabilitas saja.
a)
Validitas
Valid berarti instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur[23]. Pengujian validitas isi dalam penelitian ini
dikonsultasikan pada guru mata pelajaran matematika di sekolah yang
bersangkutan, dosen pembimbing serta validator ahli.
Untuk menguji validitas kontraks, dapat
digunakan pendapat dari ahli. Dalam hal ini setelah instrumen dikonstruksi
tentang aspek-aspek yang akan diukur dengan berlandaskan teori tertentu, maka
selanjutnya dikonsultasikan dengan ahli[24]. Dalam penelitian ini menggunakan pendapat ahli,
yaitu melalui dosen pembimbing serta validator ahli. Setelah dikonsultasikan,
maka diteruskan dengan uji coba instrumen dan dianalisis dengan analisis item. Analisis
item dilakukan dengan menggunakan rumus product moment, adapun rumusnya
sebagai berikut:[25]
rxy =
b)
Reliabilitas
Instrumen
Reliabilitas
adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu tes dapat
dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila di teskan pada kelompok
yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda[26]. Analisis reliabilitas
tes menerapkan rumus KR-20 yang diketemukan oleh Kuder dan Richardson.[27]
Keterangan:
r11 = reliabilitas tes secara
keseluruhan
p = proporsi subyek yang
menjawab item dengan benar
q = proporsi subyek yang
menjawab item dengan salah
n = banyaknya item
S = standar deviasi dari
tes
c) Taraf Kesukaran
Tingkat kesukaran soal digunakan untuk mengetahui
soal tersebut mudah atau sukar. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu
mudah dan tidak terlalu sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran soal dihitung
dengan rumus sebagai berikut:[28]
Keterangan:
P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan benar
JS = banyaknya siswa peserta tes
Untuk mengklasifikasi tingkat kesukaran
soal tes penulis menggunakan interpretasi tingkat kesukaran sebagai berikut:[29]
Tabel 3.2
Interpretasi Tingkat Kesukaran
Indeks
|
Interpretasi
|
0,00 ≤ P ≤ 0,30
|
Sukar
|
0,30 < P ≤ 0,70
|
Sedang
|
0,70 < P ≤ 1,00
|
Mudah
|
d) Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Untuk mengukur daya pembeda digunakan
rumus sebagai berikut:[30]
Adapun
klasifikasi daya pembeda sebagai berikut:[31]
Tabel 3.3
Kualifikasi Daya Pembeda
Harga D
|
Interpretasi
|
0,70 < D ≤ 1,00
|
Baik sekali
|
0,40 < D ≤ 0,70
|
Baik
|
0,20 < D ≤ 0,40
|
Cukup
|
0,00 ≤ D ≤ 0,20
|
Jelek
|
2)
Teknik Analisis
Data
Peneliti
melakukan analisis data untuk mendapatkan jawaban atas rumusan masalah yang
telah ditetapkan. Data yang diolah adalah hasil angket motivasi belajar dan tes hasil belajar.
DATA
|
UJI NORMALITAS
|
UJI KRUSKAL WALLIS
|
Tidak
Terpenuhi
|
UJI HOMOGENITAS
|
Uji Anova
|
Uji Tukey
|
A.
Uji Asumsi
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini digunakan untuk
mengetahui normal atau tidaknya sebaran data yang terdapat dalam penelitian. Uji
normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan bantuan program SPSS. Ada dua
uji hipotesis yang biasa digunakan untuk menguji normalitas data, yaitu uji Kolmogorov-Smirnov
yang dikembangkan lebih lanjut oleh Lillifors dan Uji Shapiro-Wilk.[32]
b.
Uji Homogenitas
|
Uji homogenitas pada penelitian ini menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan proses perhitungannya dengan bantuan program SPSS.
B. Uji kesamaan
rata-rata
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Anova
satu jalur untuk mengetahui apakah sampel mempunyai rata-rata yang sama untuk melakukan uji analisis variansi kita buat tabel
analisis variansi sebagai berikut :[34]
Tabel 3.18
Analisis
Variansi
Sumber
Variansi
|
Db
|
Jumlah
Kuadrat
|
Kuadrat
rata-Rata
|
F-ratio
|
Tritmeant (kategori)
|
k-1
|
JKT
|
TKR =
|
F =
|
Sesatan
|
n-k
|
JKS
|
SKR =
|
C.
Uji Kruskal Wallis
Uji Kruskal Wallis digunakan jika uji prasarat Anova tidak
terpenuhi, sehingga kruskal Wallis tidak memerlukan data normal dan homogen. Adapun rumus uji Kriskal Wallis adalah sebagai berikut:
H
=
- 3 (n-1)
Keterangan
n
= jumlah sampel
ni
= jumlah sampel kelompok i
Ri = jumlah
peringkat/ rangking kelompok ke-i
3)
Jadwal
Penelitian
No
|
Jenis
Kegiatan
|
|
|
Bulan
|
||||
Okt
|
Nov
|
Des
|
Jan
|
Feb
|
Mar
|
April
|
||
1
|
Penyusunan
Proposal
|
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
2
|
Penyusunan instrumen
|
|
|
√
|
|
|
|
|
3
|
Seminar
Proposal
|
|
|
|
|
√
|
|
|
4
|
Penelitian
|
|
|
|
|
√
|
|
|
5
|
Analisis
Hasil Penelitian
|
|
|
|
|
|
√
|
√
|
6
|
Munaqosah
|
|
|
|
|
|
|
√
|
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara
Ihsan, Fuad. 1995. Dasar-dasar Kependidikan.
Jakarta: Rineka Cipta
Salim, Peter dan Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Komtemporer. Jakarta: Modern English Press.
Sardiman. 1986. Interaksi dan Motivasi Belajar
Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Sudijono, Anas. 1996. Pengantar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Soewandi, Slamet. 2005. Perspektif
Pembelajaran berbagai bidang studi. Yogyakarta: Universitas Sanata Darma
Sudjana,
Nana dan Sukmadinata. 2003. Landasan
Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian
Kuantitatif, kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta
Suherman, Erman dkk. 2003. Metode Pembelajaran
Matematika Kontemporer. Bandung: FMIPA
UPI-JICA
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suyitna, Amin.2006.Dasar-dasar
dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang:FMIPA UNNES
Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya
Syaiful B.D. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Trianto. 2009. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta:
Kencana Predana Media Group
[1] Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1986), hal. 55.
[2]Moh Uzer Usman.
2002. Menjadi Guru Profesional
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya), hlm. 74
[3] Hasil observasi dan wawancara pra penelitian pada
pembelajaran matematika dengan guru matematika kelas X
SMA Ma’arif NU 1 Kemranjen Pada tanggal 22 Oktober 2012.
[4]Prof. Dr. Suyono, M.Pd. dan Drs.
Hariyanto, M.S., Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : Remaja Rosdakarya,
2011), hal. 228.
[5]
Amin Suyitno.2006. Dasar-Dasar dan Proses
Pembelajaran Matematika 1.(Semarang:FMIPA UNNES). hlm 30
[6] Peter Salim & Yenny Salim. 1991. Kamus Bahasa Indonesia
Komtemporer, (Jakarta:
Modern English Press), hlm. 376.
[7] Suyono dan Hariyanto, Belajar
dan Pembelajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), hal.9.
[9] Pusat Kurikulum, Badan
Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional, Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Matematika SMP & MTs, (Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang
Depdiknas, 2003), hal. 5.
[10] Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi
PAIKEM (Yogyakarta: Pustaka Pelajar). Hlm. 126
[11] Suryosubroto,
B. 2009. Proses Belajar Mengajar di Sekolah.2009( jakarta : Rineka
Cipta). Hal 212.
[12] Eman Suherman, dkk. 2003. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer (JICA: Bandung). hlm. 201
[15]Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2009), hal 118-119.
[16] Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2008)
hal.117
[17] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,
dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hal. 79.
[19]Wijaya dan Dwitagama, mengenal
penelitian tindakan kelas, edisi kedua (Jakarta: indeks, 2010) hal. 66.
[20]Aminul Hadi
dkk, Metodologi Penelitian Pendidikan (Bandung
: Tiara Pustaka, 1998) hal. 136
[21]Suharsimi arikunto, prosedur penelitian suatu
pendekatan praktik, (Jakarta: rineka cipta, 2006), hal. 150
[22] Ibrahim, Hand Out Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika,
(Yogyakarta: UIN Sunan kalijaga, 2009), hal. 27.
[24] Sugiyono, Metode
Penelitian Kuantitatif, kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008),
hal. 177.
[25] Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 75.
[26] Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung:PT
Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 248
[27]Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan (edisi revisi), (Jakarta: Bumi
Aksara, 2009), hal. 101.
[27]Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), hal. 109.
[28] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi),
(Jakarta: Bumi aksara, 2006), hal 208.
[29] Jihad, Asep, dan Abdul, Evaluasi
Pembelajaran, (Yogyakarta: Multipresindo, 2009), hal 182.
[30] Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi),
(Jakarta: Bumi aksara, 2006), hal 213.
[31] Suharsimi
Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi
Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hal. 218
[32] M. Farhan Qudratullah dan Epha Diana Suphandi, Hand Out Praktikum Metode
Statistik, (Yogyakarta: UIN Sunan Kaliaga), hal.
40.
[33] Sugiyono, Statistika untuk
Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2011), hal. 140.
[34] Zanwawi, Soejoeti. Materi Pokok Metode Statistika II.
(Jakarta: Karunia Jakarta Universitas Terbuka, 1986), hal.105.
terimakasih sangat membantu ...
BalasHapus